-->

Yakin Anda Pernah Mendengar Ini?

bonsai-akar


Benarkah orang Indonesia bisanya hanya ikut-ikutan? Mari kita cari tahu kebenarannya dengan mencermati beberapa peristiwa menarik yang dilakukan banyak orang di Indonesia secara global.

"Karena Butuh" dua kata yang sering dijadikan alasan banyak orang ketika tidak ada lagi cara lain, sehingga dengan terpaksa melakukan apapun untuk memenuhi keinginan atau tuntutan hidup.

Kurangnya kesadaran akan kewajiban belajar dan pentingnya ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, inilah mungkin yang juga menjadi dasar dan alasan kenapa sebagian orang lebih memilih pekerjaan yang mudah dan tidak harus menguras otak.

Kita kembali melihat peristiwa yang terjadi sekitar tahun 1996-1997 silam, di mana hampir secara global orang-orang di Indonesia ramai berlomba mencari akar pohon dengan tujuan untuk dijadikan Bonsai buatan, masih ingat bukan?

Bila pohon bonsai yang asli dibuat dari tumbuhan yang benar-benar masih hidup, sedangkan bonsai yang ramai dibuat waktu itu dari akar pohon dijadikan sebagai bonsai hiasan.

Dimana-mana ramai orang mencari dan mencabuti akar pohon yang masih tumbuh dengan baik. Ini berlangsung cukup lama. Namun hanya sebagian orang yang diuntungkan dari ramainya bonsai buatan ini.

Waktu itu produsen daun imitasi, toko yang menjual bahan pernis kayu, penjual pot bunga dan batu alam laris kebanjiran pesanan.

Sementara sebagian besar dari mereka yang membuat bonsai buatan ini sebetulnya tidak cukup memahami betul siapa konsumen yang akan membeli kerajinan bonsai kreasi mereka, berapa harganya, dan kemana mereka harus menjualnya nanti?

Juga apakah pekerjaan membuat bonsai tersebut bisa menghidupinya dalam waktu yang lama atau tidak? Hal itu mungkin tidak banyak dipikirkan sebelumnya, karena kebanyakan orang pada waktu itu memang hanya ikut-ikutan saja.

Tanpa memahami dulu pendistribusian hasil pekerjaan mereka nanti. Akhirnya seiring waktu kegiatan membuat bonsai tersebutpun ditinggalkan, sebab tidak memberikan hasil.

Bukan saja modal awal tenaga dan biaya yang tidak kembali, namun dengan terbengkalainya bonsai-bonsai yang mereka buat itu juga sebenarnya merupakan suatu kerugian.

Kemudian kejadian serupa terulang lagi sekitar tahun 2002-2003, namun kali ini berbeda. Banyak orang di Indonesia ramai-ramai membuat Aquarium dengan tujuan untuk memelihara ikan Lohan, masih ingat juga bukan peristiwa global tentang ikan lohan ini?

Tidak saja orang dewasa yang terlibat memelihara ikan lohan, namun banyak juga anak-anak pelajar dan mereka yang masih nganggur ikut-ikutan memelihara ikan Lohan ini.

Lagi-lagi yang diuntungkan hanya sebagian pihak saja. Produsen kaca, pengerajin batu laut dan tanaman hias, toko-toko penjual alat penyedot air untuk Aquarium dan selang laris juga waktu itu kebanjiran pesanan.

ikan-lohan

Sementara untuk para pemilik ikan Lohan tersebut kebanyakan sama seperti pengerajin bonsai dulu. Sebagian besar dari mereka yang ramai ikut-ikutan memelihara ikan Lohan ini juga tidak banyak yang tahu siapa nanti konsumen tetap yang akan membeli ikan-ikan mereka.

Dan kemana mereka harus menjual ikan lohan tersebut, lalu berapa harga pasti untuk setiap iklan lohan yang mereka pelihara?

Ahirnya lama-kelamaan karena pekerjaan memelihara ikan lohan itu tidak juga memberikan penghasilan secara pasti, kemudian mereka ditinggalkan.

Kembali kerugian tenaga, waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk memelihara ikan lohan, untuk membuat Aquarium, serta untuk membeli pakan dan obat-obatan juga dialami para pemilik ikan lohan di Indonesia waktu itu.

Nah sekarang di akhir tahun 2014 ini terjadi lagi peristiwa global seperti dua kejadian di atas. Kali ini beda lagi dimana hampir secara global sebagian masyarakat di Indonesia sibuk beramai-ramai mencari batu akik.

Anda tahu kan batu akik yang suka dijadikan hiasan untuk cincin? Bahkan beberapa waktu lalau di ibu kota Jakarta dihebohkan dengan ramainya orang-orang menggali batu di daerah yang letaknya justru di tengah ibu kota tepatnya di Jl. Bango Cilandak Jakarta Selatan.

Namun sebenarnya raminya orang mencari batu akik ini tidak hanya dijakarta saja, tetapi hampir di beberapa wilayah di Indonesia termasuk juga yang jual beli batu akik via internet yang menggunakan berbagai Media Sosial.

batu-akik

Hal yang amat disayangkan dari semua peristiwa di atas adalah tidak dipikirkannya secara matang terlebih dahulu mengenai informasi yang akurat dan terpercaya tentang usaha-usaha tersebut.

Semestinya sebelum melakukan sebuah pekerjaan meskipun itu sedang ramai dilakukan orang, tetap harus dicari dulu kebenaran informasinya.

Misalkan cari tahu barang seperti apa yang memang layak untuk dijual, lalu kepada siapa nanti kita akan menjual barang-barang tersebut dengan pasti, berapa harganya, apakah sesuai dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan atau tidak.

Jangan cukup hanya bilang gampang saja, namun akhirnya nanti malah susah dan rugi sendiri. Mengingat beberapa peristiwa yang sudah dijelaskan di atas setidaknya dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran, agar tenaga, waktu, biaya serta usaha yang kita kerjakan nantinya tidak menjadi sia-sia.

Dilihat dari fenomena yang sering terjadi secara masal dan asal ikut seperti inilah, yang membuat banyak pihak menganggap dan mengatakan kalau orang Indonesia kebanyakan bisanya hanya ikut-ikutan saja, malas belajar dan bekerja keras yang akhirnya bisanya cuma meniru dan ikut-ikutan.

Dari ketiga peristiwa tersebut, sedikit kalau boleh saya menambahkan bahwa mungkin sebagian dari kita selalu menginginkan cara yang paling mudah untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

Ya siapapun tentu menginginkan supaya bisa mendapat keuntungan besar dari suatu yang dikerjakannya.

Tetapi sayangnya, realita hidup sudah membuktikan hukum kepantasan yaitu "Apa yang kita buat, itu yang kita dapat".

Maka yang bisa mendapatkan bayaran mahal hanya mereka yang pantas dibayar mahal. Tentu saja ini sangat erat hubungannya dengan kemampuan dan keahlian seseorang di dalam melakukan suatu pekerjaan.

Jadi suka atau tidak dan setuju atau tidak setuju dengan semakin bertambahnya ilmu pengetahuan, profesionalitas, pengalaman, wawasan, keahlian, dan kemauan untuk bekerja keras adalah kunci yang dapat membuka jalan serta peluang yang bisa meningkatkan kesejahteraan hidup.

Maka dari itu terus belajar dan bekerja keras serta berdo'a merupakan cara terbaik untuk mendapatkan yang terbaik.

Berlangganan update terbaru:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2